Menyedihkan, Masyarakat Bantu Gotong Rumah Janda Miskin Pasca Diusir

- 2 Juni 2023, 22:59 WIB
Suasana saat warga dari berbagai elemen terpaksa menggotong rumah milik salah seorang janda tua miskin di Wonosari Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jum'at (02/06). Foto Dok Ist
Suasana saat warga dari berbagai elemen terpaksa menggotong rumah milik salah seorang janda tua miskin di Wonosari Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, Jum'at (02/06). Foto Dok Ist /

MARAWATALK--Menggulai lauak jo kacang panjang, Sarapan pagi sabalum sikola, Mandeh kini bamanuang surang, Maranuang diri sambia bado’a

Demikian sekelumit pantun berbahasa Minangkabau yang dapat menggambarkan nasib seorang janda miskin, Si Is(57), warga Wonosari Kecamatan Kinali, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat.

Ia nyaris tidak punya rumah lagi karena diusir tanpa alasan oleh pemilik tanah tempat tapak gubuk reotnya berdiri dan menjadi satu-satunya tempat berteduh sejak tiga tahun belakangan ini. 

Tak hanya itu, diumurnya yang sudah cukup renta ia masih harus menghidupi dua orang anaknya dengan bekerja sebagai buruh cuci di rumah warga setempat. 

Sebagaimana diungkapkan Si Is, saat dihubungi wartawan, Jum'at (03/06) malam, mengatakan ia memang selama ini diberikan tumpangan oleh pemilik tanah tanpa diberikan ketentuan batas waktu. 

"Namun setelah tiga tahun tiba-tiba saya diberikan ultimatum untuk mengosongkan lokasi tanah itu, paling lambat hingga bulan Mei 2023, " kisahnya. 

Padahal, lanjutnya, ia sudah bersusah payah membangun rumah itu dengan memanfaatkan bahan matrial seperti seng bekas, asbes bekas, kayu sisa potongan dan lain sebagainya hingga bisa dibentuk menjadi atap, dinding, pintu dan jendela seadanya. 

Sambil berjalannya waktu, ia pun berupaya mengumpulkan uang sedikit demi sedikit untuk membeli tanah perumahan yang ia dan anak-anaknya idamkan sejak lama. 

"Beruntung saya mendapatkan pertolongan dari salah seorang tokoh masyarakat setempat yang mau meminjamkan lahannya, hingga akhirnya ia pun juga membantu mengumpulkan warga untuk menggotong rumah saya ke lokasi baru, " ungkapnya penuh haru. 

Ditanyakan tentang kondisi anak-anaknya, ia menjelaskan kejadian ini tentu membuat kedua anaknya terpukul dan kondisi itulah yang menjadikan Si Is berani meminta pertolongan kepada warga pemilik lahan tersebut. 

"Saat ini warga masih melakukan beberapa perbaikan di rumah saya setelah mereka menggotong rumah itu kemarin, " ucapnya. 

Terpisah, warga pemilik lahan tempat rumah SI Is berdiri saat ini, Eko Supriyono SE, mengatakan bahwa memang benar telah datang seorang ibu tua untuk meminta pertolongan karena rumahnya harus digusur. 

"Pada mulanya ibu tersebut datang untuk minta dicarikan tanah yang bisa ia beli dengan murah setelah ia diminta mengosongkan lokasi rumah sebelumnya, " sebut Eko. 

Karena uangnya yang sudah ia kumpulkan itu tidak mungkin cukup membeli sebidang tanah, lanjutnya, maka ia pun bermufakat bersama istrinya untuk membantu Si Is dengan cara meminjamkan lahan milik mereka selama lima tahun. 

Pada mulanya, jelas Eko, ibu tersebut menolak karena takut suatu saat diusir lagi namun setelah diberikan keyakinan bahwa ia bersedia menuangkan jaminan dalam bentuk perjanjian tertulis, Si Is akhirnya setuju membuatkan surat dibantu salah seorang anaknya. 

Karena terdesaknya waktu, Eko pun memutuskan untuk meminta pertolongan pihak lain baik secara individu maupun melalui organisasi kepemudaan seperti Kelompok Pemuda Bakureh Bayur Kabung pangkalan yang mengerahkan anggotanya hingga 40 orang lebih, organisasi sosial seperti GP Ansor dan organisasi kemanusiaan Palang Merah Indonesia untuk membantu mengangkat bangunan rumah semi permanen itu ke lokasi yang baru. 

"Alhamdulillah permintaan saya direspon sangat baik dan rumah itu sudah berhasil dipindahkan hari ini dengan disaksikan Kepala Dusun dan tokoh masyarakat lainnya, rencananya pada esok hari akan dilakukan beberapa perbaikan dan penyesuaian hingga rumah itu benar-benar bisa ditempati kembali, " sebutnya. 

Pada kesempatan itu, Eko juga menyampaikan permohonan bantuan kepada pihak terkait lainnya mewakili keluarga Si Is, agar persoalan sosial yang dialami salah seorang saudara kita itu bisa diatasi dengan baik dan tuntas. 

"Mungkin ini hanya sebagian kecil potret penderitaan masyarakat miskin di daerah ini, masih banyak warga yang bernasib sama dengan ibu Is ini dan membutuhkan uluran tangan kita semua, " tutupnya. 

Alam pikiran penulis pun melayang hingga tertuju pada sebuah kalimat yang termaktub pada Pasal 34 UUD 1945 yang berbunyi:

(1) Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara. (2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. 

Semoga rasa kepedulian dan sikap bergotong royong dan rela membantu sesama akan terus bergelora di hati anak bangsa Indonesia, sebagai pengamalan dalam upaya mempertahankan sekaligus melanjutkan pembangunan dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia. (***) 

Editor: Rully Firmansyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x