Network
MARAWATALK-Polemik pemanfaatan dana yang bersumber dari Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat, kembali berulang untuk kesekian kalinya hingga mengundang keprihatinan dan menimbulkan tanda tanya besar bagi sebagian besar masyarakat daerah itu.
Yang terbaru adalah adanya indikasi pengelolaan dana bantuan bedah rumah bagi masyarakat miskin yang disinyalir sarat dengan unsur manipulasi dan dugaan diskriminasi dalam penyalurannya.
Ada pihak menilai, berulangnya indikasi pengelolaan dana yang tidak transparan dan jauh dari kata profesional itu adalah akibat sikap 'brutal' sejumlah oknum tertentu yang berlomba-lomba mengambil manfaat dari lembaga pengelola zakat umat tersebut.
Baca Juga: Pasbar Kasus Tertinggi di Sumbar, Nagari Sinuruik Raih Penghargaan Desa Bebas Stunting, Kok Bisa?
Sebagian pihak lainnya menuding hal itu terjadi karena lemahnya sistem manajemen pengelolaan dana zakat oleh para pengurus terkait, sehingga sangat mudah diintervensi kepentingan pihak lain terutama dalam memberikan tekanan secara politis.
Apapun itu, yang pasti buruknya pengelolaan dana zakat tersebut telah merugikan kepentingan semua pihak baik pemberi ataupun penerima bantuan yang notabene adalah para hamba Allah yang memiliki hak dan kewajiban sebagaimana diatur dalam hukum Islam.
Seperti diungkapkan salah seorang penerima bantuan bedah rumah di Kecamatan Gunung Tulas, Jendra Mika (47), pada Senin 6 November 2023, ia mengaku merasa janggal dengan pelaksanaan bedah rumah miliknya karena nilainya tidak sesuai dengan yang seharusnya.
"Berdasarkan pemberitahuan kepada saya nilai bedah rumah yang akan saya terima adalah sebesar Rp 25 juta, namun setelah dilakukan penghitungan ternyata hanya menghabiskan dana sekitar Rp19 jutaan atau ada selisih sekitar Rp5 juta," ungkapnya.
