MARAWATALK-Krisis air diprediksi akan mengancam negara-negara di dunia dalam kurun waktu beberapa tahun lagi, sehingga membutuhkan dukungan politik, kerjasama lintas sektoral dan antar negara sesegera mungkin jika ingin selamat dari bencana global akibat perubahan iklim tersebut.
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengatakan krisis air merupakan ancaman serius berdasarkan data World Meteorological Organization (WMO) yang dikumpulkan dari pengamatan di 193 negara. Pihaknya memproyeksikan dalam beberapa tahun ke depan akan terjadi hotspot air atau daerah kekeringan di berbagai negara.
"Artinya akan banyak tempat yang mengalami kekeringan. (Hal ini bisa terjadi) baik di negara maju maupun berkembang. Baik Amerika, Afrika dan negara lainnya sama saja (terdampak)," kata Dwikorita, dikutip dari laman bmkg.go.id, pada Sabtu 21 Oktober 2023.
Dwikorita mengungkapkan, data analisis peta global menunjukkan bahwa debit rata-rata air sungai pada tahun 2022 yang dikategorikan pada posisi normal hanya 38%. Sementara itu banyak debit air sugai yang keluar menuju laut berada pada level di bawah normal atau jauh di bawah normal yang artinya daerah tersebut mengalami kekeringan.
Di sisi lain, ulasnya, terdapat daerah di dunia yang memiliki debit air sungai melampaui normal atau surplus sedang terjadi kebanjiran. Kondisi ini merupakan bukti bagaimana perubahan iklim sedang terjadi di seluruh negara dunia dan akan semakin buruk hasilnya jika tidak dilakukan upaya mitigasi bersama.
Indonesia Berpotensi Alami Krisis Air pada 2045-2050