Network
MARAWATALK-Sawahlunto yang dikenal dengan Multietnis sebagai dampak sosial budaya atas aktivitas tambang zaman Belanda yang telah mendatangkan berbagai suku bangsa di Sawahlunto turut mempengaruhi kesenian-kesenian di Kota Warisan Budaya Dunia yang telah ditetapkan UNESCO di Azerbaijan pada 6 Juli 2009.
Kesenian Minang, Jawa, Batak, Sunda, Tionghoa saling berdampingan mengisi ruang-ruang publik di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, baik pada event tingkat Kota, provinsi dan nasional bahkan Internasional.
Sebut saja Keroncong, Campur Sari, Randai, Shalawat Duluang, Talempong Pacik, Campur Sari, Wayang Kulit, Taganing yang selalu dijaga kelestariannya oleh Masyarakat pendukung kesenian tersebut.
Baca Juga: Goedang Ransum: Gedung Tua Saksi Sejarah Peradaban Bangsa Belanda di Sawahlunto
Adalah Sanggar Srikandi, salah satu kelompok seni musik dengan kekuatan bina vokalia dan seni karawitan khas suku Jawa dengan beranggotakan dominan terdiri dari Perempuan, ibu-ibu paruh baya dan Mahasiswi di Kota Sawahlunto telah memperlihatkan eksistensinya dalam upaya Pelestarian Kebudayaan sesuai dengan Amanat UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.
Srikandi memenuhi Undangan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surakarta menghadiri Event Konser Karawitan 2023 yang dilaksanakan pada Hari Senin 23 Oktober 2023 di Halaman Balai Kota Surakarta.
Panitia memberi tema kegiatan ini dengan tajuk “"Konser Karawitan "Gaung Gongso Membahana" menghadirkan tabuhan gamelandari Solo, Semarang, Banyumas, Banyuwangi, Bali, dan Sawahlunto.
Suatu pengalaman musik instrumen tradisional yang menggelegar, karya diciptakan khusus untuk memukau anak muda dan memperkenalkan mereka pada keindahan musik gamelan. Kegiatan ini sekaligus bagian dari rangkaian memperingati hari Sumpah Pemuda.
