"Sejauh ini harga-harga tersebut masih bisa menutupi biaya produksi dengan bagian terbesar adalah upah kerja, untuk mendapatkan bahan baku sejauh ini tidak ada masalah," ujarnya.
Namun, lanjut Riska, kendala permodalan dan upaya menembus pasar seni kriya dengan cakupan lebih luas dan besar, masih menjadi kendala utama mereka untuk bisa menjadikan kerajinan ini dapat berkembang hingga menjadi sandaran untuk menggerakkan perekonomian keluarga.
Riksa mengulas, meskipun suami-suami mereka tetap berjuang menaklukkan ombak samudera untuk mencari nafkah, akan tetapi dukungan teknologi tangkap ikan masih jauh dari kata maju.
"Sebagian besar nelayan disini hanyalah berstatus sebagai anak buah kapal milik juragannya, tentu penghasilan yang didapat hanyalah cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang selalu kami syukuri sebagai nikmat Allah," sebutnya.
Dengan mengembangkan seni kerajinan sulam benang emas itu, lanjut Riska, mereka berharap akan mampu memberikan penghasilan tambahan dan berharap akan bisa menjadi salah satu harapan untuk bisa meningkatkan kualitas hidup mereka bersama anak-anaknya di masa yang akan datang.***
Dapatkan info menarik dan terupdate lainnya hanya di laman Google News kami, klik padang.pikiran-rakyat.com, sumber informasinya Rakyat Minangkabau.