MINANGKABAU Ini Lotek Sawahlunto, Menu Khas Andalan Kampung Wisata Tangsi Baru

9 Januari 2024, 12:45 WIB
Lotek, kuliner khas Minangkabau yang hadir sebagai komponen Pemajuan Kebudayaan di Kampung Wisata Tangsi Baru Kota Sawahlunto, Sumatera Barat /Marawatalk/Syukri SSn/


MARAWATALK-Ada juga yang menyebutnya lotek, "what ever" tapi ini adalah salah satu pilihan makanan enak jika berkunjung ke Sawahlunto, Sumatera Barat. Dibidik dari teori Pemajuan Kebudayaan, kuliner ini termasuk kedalam salah satu Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) dengan domain pengetahuan tradisional.

Pengolahan secara tradisional gilingan kacang dengan gula merah dan resep lainnya ditambah cabe dan berbagai sayuran ditambah beberapa potong lontong yang kemudian disatukan dalam piring dengan urutan persentasi kerupuk merah paling atas.

Menjadi sensasi yang berbeda jika dinikmati ketika di depan mulut gua batu bara situs lubang suro yang berada di kawasan Kampung Wisata Tangsi Baru, Kota Sawahlunto.

Kawan jika menikmati kuliner ini termasuk kedalam team mana jika kita bagi 2 kategori.
Pertama diaduk dulu sebelum dimakan, kedua tanpa di aduk langsung di sendok dan masuk mulut dan di kunyah.

Baca Juga: Event Stasiun Kroncong 2023, Bentuk Pemajuan Kebudayaan Kota Tua Warisan Budaya di Kota Sawahlunto Sumbar

Ada Museum Goedang Ransoem di Kampung Wisata Tangsi Baru Sawahlunto

Museum Goedang Ransoem di Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, yang merupakan salah satu tinggalan budaya Kota Warisan Dunia

Baca Juga: Goedang Ransum: Gedung Tua Saksi Sejarah Peradaban Bangsa Belanda di Sawahlunto

Museum Goedang Ransoem adalah salah satu museum di Indonesia yang terletak di Jalan Arif Rahman Hakim, Kelurahan Air Dingin, Kecamatan Lembah Segar, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat.

Museum ini berada sekitar 94 kilometer atau dua jam perjalanan dengan kendaraan dari Kota Padang yang merupakan ibukota provinsi itu.

Museum Goedang Ransum menempati sebuah kompleks bangunan bekas dapur umum para pekerja tambang batu bara dan pasien Rumah Sakit Umum Daerah Sawahlunto yang ketika itu berjumlah ribuan.

Gedung Museum Goedang Ransum sendiri dibangun pada 1918 sewaktu penjajahan Belanda. Dapur umum ini dilengkapi dua buah gudang besar dan mampu memasak 3.900 kilogram beras setiap hari bagi para pekerja tambang batubara.

Kota Sawahlunto dulunya dikenal sebagai penghasil batu bara terbesar di Nusantara. Dari kota inilah pemerintah Hindia Belanda meraup keuntungan amat besar dari batu bara tersebut.

Tempat ini memiliki dua buah gudang besar dan tungku pembakaran. Bahan bakar memasaknya saat itu sudah menggunakan sistem uap dan itu terlihat karena tepat di bawah ruang masak terdapat ruang bawah tanah dengan pipa cerobong yang mengalirkan uap panas untuk 20 tungku.

Uap panas ini berasal dari air panas yang direbus dengan menggunakan boiler di atas perbukitan yang dialirkan uapnya ke dapur.*** Syukri SSn

Dapatkan info menarik dan terupdate lainnya seputar SUMATERA BARAT hanya di padang.pikiran-rakyat.com, Sumber Informasi Rakyat Minangkabau.

Editor: Rully Firmansyah

Tags

Terkini

Terpopuler