MINANGKABAU Sebelum Pindah ke Kota Padang, Etnis Tionghoa Ternyata Dulunya Bermukim di Air Bangis Pasbar

18 Desember 2023, 12:26 WIB
Air Bangis /

MARAWATALK - Orang Tionghoa atau Cina pernah ada sebanyak 79 jiwa di Air Bangis, Kecamatan Sungai Beremas, Kabupaten Pasaman Barat (Pasbar), Sumbar, sebelum pindah ke Kota Padang.

Namun pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda (1950) jumlahnya tidak banyak lagi dan hanya tinggal satu dua keluarga di kota Air Bangis.

Hasil sensus penduduk yang dilakukan pada tahun 1920 tercatat jumlah orang Cina di Air Bangis semakin banyak. Jumlah yang tercatat adalah sebanyak 79 jiwa. Jumlah itu dapat dikatakan banyak untuk ukuran kota kecil.

Hasil sensus yang sama, jumlah orang Cina di Padang sebanyak 6.909 jiwa dan di Pariaman sebanyak 1.207 jiwa.

Jumlah orang Cina di Padang sudah meningkat jika dibandingkan dengan tahuan 1850 sebanyak 1.140. Di Pariaman sendiri terdapat sebanyak 223 jiwa orang Cina.

Sepuluh tahun kemudian hasil sensus penduduk tahun 1930 jumlah orang Cina di Air Bangis diperkirakan meningkat pesat namun tidak diketahui berapa angkanya.

Hasil sensus tahun 1930 yang dilaporkan mencakup seluruh Onderafdeeling Ophir, afdeeling Agam yakni sebanyak 278 jiwa. Perlu diketahui, Onderafdeeling Ophir sendiri dalam hal ini terdiri dari dua distrik, Air Bangis dan Talamau.

Namun angka ini menunjukkan bahwa orang Tionghoa tidak hanya di kota Air Bangis tetapi juga tersebar di sejumlah tempat di onderafdeeling dan diperkirakan cukup banyak di kota Taloe (ibu kota Onderafdeeling Ophir).

Seiring pasca pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, perputaran ekonomi di Air Bangis semakin melemah.

Baca Juga: BERITA BUMI Hadapi Ancaman Tsunami, BMKG Ajak Negara di Samudera Hindia Perkuat Kolaborasi

Lalu sejak kapan orang-orang Cina di Air Bangis?

Peta 1724 dan 1884 Air Bangis (Doc Poestaha Depok)

Namun yang pastinya mereka ikut mengambil bagian dalam perdagangan. Jumlahnya mulai bertambah seiring dengan terbentuknya cabang Pemerintahan Hindia Belanda di Air Bangis.

Mereka awalnya adalah pedagang biasa, namun karena keuletan dalam menekuni bisnis banyak yang berhasil dan menjadi pengusaha besar.

Lalu bagaimana perkembangannya? Sumber-sumber tempo doeloe yang dirangkum oleh Poestaha Depok berdasarkan sumber primer seperti surat kabar sejaman, foto dan peta-peta. Sejarah orang Tionghoa di Indonesia selalu menarik perhatian.

Orang-orang Tionghoa cenderung tinggal di perkotaan. Mengapa menjadi perhatian, karena orang Tionghoa mudah dibedakan dengan yang lainnya sejak era VOC.

Mereka bertempatkan tinggal di wilayah kampement tersendiri. Orang-orang Tionghoa pada era Pemerintah Hindia Belanda ke Sumatra termasuk pantai barat Sumatra menyebar (migrasi) dari Singapoera dan Penang.

Jumlah orang China di pantai barat Sumatra semakin banyak seiring dengan semakin berkembangya perkebunan di Sumatra Timur (sejak 1870). Orang-orang China yang telah lama menetap di Batavia juga secara perlahan-lahan banyak yang merantau ke pantai barat Sumatra (termasuk di Air Bangis).

Baca Juga: Solsel Naik 12 Peringkat pada MTQ Sumbar 2023

Awal Orang Cina di Air Bangis

Pada tahun 1850 terdapat satu keluarga Cina di Air Bangis. Satu keluarga Cina di Air Bangis ini terkesan terpencil sendiri. Karena orang-orang Cina di Residentie Padangsche Benelanden hanya terkonsentrasi di Padang dan Pariaman.

Setengah abad kemudian tahun 1905 jumlah orang Cina di Air Bangis sudah mencapai 60 jiwa. Jika setiap keluarga terdiri dari lima orang, maka jumlah orang Cina di Air Bangis sekitar 12 keluarga.

Pada tahun 1910 pemerintah mulai memperluas fungsi pegadaian (pandhuis) di pantai barat Sumatra. Fungsi ini cukup berhasil di Jawa sebagai cara mudah penduduk untuk mendapat uang tunai dengan menggadaikan barang (yang umumnya emas).

Meningkatnya kebutuhan uang tunai dapat diartikan sebagai munculnya kesulitan baru di tengah masyarakat atau sebaliknya menjadi indikasi semakin banyaknya penduduk yang membutuhkan modal untuk pengembangan usaha.

Kemudian pemerintah membuka rumah pegadaian (pandhuizen) di sejumlah tempat seperti di Padang (tiga lokasi), Pariaman, Padang Pandjang, Fort de Kock, Solok, Paijakoemboeh, Fort van der Capellen, Sawahloento dan Air Bangis.

Wilayah kerja rumah pegadaian di Air Bangis termasuk wilayah Poelo Tello. Pengelola rumah pegadaian di Air Bangis diangkat Mak A Sien dengan gaji f215 per bulan.

Baca Juga: INFO PLN Tiang Listrik Ditabrak Mobil Sebabkan Pemadaman di Sebagian Wilayah Solok Selatan

Pada tahun 1914 pemerintah pusat melakukan reorganisasi pemerintahan pribumi di Province Sumatra’s Westkust. Reorganisasi ini diduga karena Sumatra’s Westkust (yang terdiri dari dua residentieL Padangsche Benelanden dan Padangsche Bovenlanden) akan dilikuidasi.

Wujud dari reorganisasi ini adalah dua residentie dilebur dengan membentuk sembilan afdeeeling, yakni, Padang, Painan, Batipoe en Pariaman, Agam, Loeboeksikaping, Lima Poeloh Kota, Tanah Datar, Sawahloento dan Solok.

Selain itu, Air Bangis pernah menjadi jalur masuknya pasukan John Lie Tjeng Tjoan yang merapat di pelabuhan Air Bangis dalam rangka transmisi Sumatra Barat dari PRRI.

John Lie adalah Letnan Kolonel Laut, wakil perintah pembebasan PRRI di Sumatera Barat (di bawah komando Walikota Jenderal Ahmad Yani).***

Dapatkan info menarik dan terupdate lainnya hanya di padang.pikiran-rakyat.com, sumber informasi Rakyat Minangkabau.

Editor: Irfansyah Pasaribu

Tags

Terkini

Terpopuler