MARAWATALK-Pasca peristiwa erupsi eksplosif di Gunung Marapi Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), cukup menimbulkan tanda tanya tentang mengapa letusan tersebut tidak terdeteksi sebelumnya hingga menimbulkan dampak luas hingga korban jiwa.
Hingga hari ini, Senin 4 Desember 2023, tercatat puluhan pendaki gunung dan belasan lainnya mengalami luka bakar hingga ada yang meninggal karena sehari sebelumnya tidak ada peringatan atau larangan untuk mendaki gunung api terebut oleh petugas di pintu masuk rute menuju puncak Gunung Marapi.
Menjawab itu semua, berdasarkan relis yang diterbitkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, pada Sabut 3 Desember 2023, terungkap bahwa kejadian erupsi pada pukul 14.54 WIB itu tidak didahului oleh peningkatan gempa vulkanik yang signifikan.
Sebelumnya, tercatat Gempa Vulkanik-Dalam (VA) hanya terekam 3 kali antara tanggal 16 November 2023 – 2 Desember 2023. Peralatan deformasi (Tiltmeter) yang berada di stasiun puncak menunjukkan pola mendatar pada sumbu radial dan sedikit inflasi pada sumbu tangensial.
Hal ini menunjukkan proses erupsi berlangsung cepat dan pusat tekanan hanya berada pada kedalaman dangkal (sekitar puncak).
Terkait aktivitas gunung api itu, terekam pada awal tahun 2023 didominasi oleh terjadinya erupsi eksplosif yang berlangsung sejak 7 Januari 2023 sampai dengan 20 Februari 2023 dengan tinggi kolom erupsi berkisar antara 75 – 1000 meter dari puncak.
Selanjutnya erupsi berhenti dan aktivitas kegempaan lebih didominasi oleh Gempa Tektonik Lokal dan Tektonik Jauh dan tingkat aktivitas berada pada Level II (WASPADA) sejak 3 Agustus 2011.