MARAWATALK - Perayaan tahun baru Islam yang jatuh pada 1 Muharam dalam kalender Hijriah, juga bertepatan dengan 1 Sura atau Suro dalam kalender Jawa.
Di wilayah Jawa Tengah hingga Jawa Timur, ada satu makanan yang sangat identik dengan perayaan ini, yaitu Bubur Suro.
Sejak pemerintahan Sultan Agung, Bubur Suro ini sudah menemani masyarakat Jawa dalam memperingati perayaan hari pertama dalam bulan Suro.
Kalender Jawa yang diterbitkan Sultan Agung pada masa itu memang mengacu pada kalender Hijriah.
Baca Juga: Tolak Ranperda RTRW, Tokoh Masyarakat Solsel Berkumpul di Gedung Nasional Muara Labuh
Menurut pemerhati budaya Jawa Arie Novan, Bubur Suro merupakan lambang rasa syukur atas berkah dan rezeki yang diperoleh.
“Konon ini kan sudah ada sejak Sultan Agung bertahtah di Jawa, terlepas dari apapun itu tentu bubur suro ini merupakan refleksi dari masyarakat Jawa atas berkah dan rezeki yang diberikan,” jelasnya.
Versi sejarah lain berpendapat bahwa Bubur Suro dibuat untuk memperingati hari Nabi Nuh selamat dari banjir besar yang melanda dunia saat itu.
Baca Juga: TPA Sampah Kelebihan Kapasitas Ciptakan Isu Lingkungan dan Persoalan Sosial
Kini bubur suro telah menjadi bagian dari ritual tahunan yang diselenggarakan oleh masyarakat Jawa.