MARAWATALK-Pertumbuhan ekonomi kreatif di Indonesia terus mencatatkan skor baik dari tahun ke tahun, mulai dari ketersediaan regulasi hingga pembukaan potensi-potensi di bidang pemasaran produk dan permodalan.
Berdasarkan Data Badan Pusat Statistik (BPS) yang diolah Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjukkan jumlah pekerja ekonomi kreatif di Indonesia begitu beragam dengan pekerja ekonomi kreatif paling banyak berasal dari subsektor kuliner, yakni sebesar 56,86% dari total pekerja ekonomi kreatif pada 2021 yang mencapai 21,90 juta orang. Angka pekerja kuliner mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya yang mencapai 55,03%.
Kemudian, disusul subsektor fesyen sebesar 19,45%. Sayangnya sektor ini mengalami penurunan tipis dari capaian 2020 sebesar 19,83%. Sementara ketiga, ditempati oleh pekerja kriya dengan proporsi 18,12%. Pada 2020, subsektor ini sempat mencapai angka 19,10%.
Meski ada beberapa subsektor yang mengalami penurunan proporsi, ketiga subsektor itu tetaplah menjadi urutan teratas selama bertahun-tahun.
"Pola yang sama terjadi pada tahun-tahun sebelumnya, proporsi terbesar terdapat pada subsektor kuliner, fesyen, dan kriya. Sementara subsektor desain mempunyai persentase paling kecil sekitar 0,15%," tulis Kemenparekraf dalam laporannya.
Berikut proporsi pekerja ekonomi kreatif berdasarkan subsektor yang dihimpun melalui survei Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS 2021, dikutip dari laman https://databoks.katadata.co.id/, sebagai berikut:
- Kuliner 56,86%
- Fesyen 19,45%
- Kriya 18,12%
- Penerbitan 1,94%
- Seni Pertunjukan 0,75%
- Aplikasi & Game Developer 0,6%
- Fotografi 0,4%
- Televisi & Radio 0,38%
- Musik 0,33%
- Film, Animasi, Video 0,31%
- Arsitektur 0,27%
- Seni Rupa 0,24%
- Periklanan 0,21%
- Desain 0,15%
Pengendali tak mampu baca regulasi dan peluang, Pasaman Barat belum punya keseriusan garap sektor ekraf