MINANGKABAU Pernah Jaya di Masa VOC, Wisata Bahari Air Bangis Pasbar Miliki Potensi Besar Jika Dikembangkan

- 20 Desember 2023, 15:00 WIB
Pulau Panjang Air Bangis salah satu destinasi wisata bahari di daerah itu
Pulau Panjang Air Bangis salah satu destinasi wisata bahari di daerah itu /

MARAWATALK - Air Bangis pernah mencapai puncaknya (akhir era VOC dan awal Pemerintahan Hindia Belanda), tetapi setelah itu meredup hingga tenggelam di teluk Air Bangis. Daerah ini berada di Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat.

Bagi pemerintah kolonial Belanda, Air Bangis adalah salah satu kota pelabuhan yang penting di Pantai Barat Sumatera. Kedudukan pemerintah kolonial Belanda di Air Bangis dimulai pada awal abad ke-19, ketika pemerintah kolonial Belanda membangun sebuah benteng di Air Bangis.

Di sekitar Pelabuhan Air Bangis banyak pulau-pulau yang mengitari teluk Air Bangis seperti Pulau Panjang, Pulau Harimau, Pulau Talua, Pulau Pigago, Pulau Unggas, Pulau Tamiang, dan Pulau Pangka, dan pulau-pulau yang termasuk gugusan kepulauan Batu yang berada di Samudera Hindia.

Lalu bagaimana membangkitkan 'batang tarandam' yang telah menjadi Villes Mortes (Kota Mati) menjadikan Kota Air Bangis dan sekitarnya menjadi daerah tujuan wisata yang hidup?

Hanya strategi wisata ini yang dapat diunggulkan (dalam posisi keterpencilan) untuk mendorong aliran produk Andalan ikan kering dan udang. Revitalisasi wilayah perkebunan di Kabupaten Pasaman Barat hanya faktor sekunder bagi Air Bangis.

Keunggulan komparatif dalam sektor wisata menjadi jalan kesejahteraan (terangkatnya menuju 'batang tarandam'). Satu hal lagi, dalam dunia tanpa batas (milenium) saat ini, Air Bangis tidak lagi terpencil, tetapi bagian dari klaster yang ramai ketika kabupaten Pantai Barat Mandailing (Natal) benar-benar terwujud.

Selain itu kota-kota pantai baik di selatan maupun di utara memberi peran penting bagi Air Bangis seperti Padang, Tiku, Pariaman, Sasak, Natal, dan Barus.

Hitung-hitung untuk menghidupkan kembali tali kasih yang sempat terputus (antara Air Bangis dan Natal) karena mengizinkan batas yang kurang pas di era kolonial Belanda.

Baca Juga: MINANGKABAU: Air Bangis Pasbar Kota Tua Terlupakan yang Pernah Jadi Ibu kota Residentie

Air Bangis di Mata Pemerintah Kolonial Belanda

Pelabuhan lau Air Bangis (doc airbangis dotcom)
Pelabuhan lau Air Bangis (doc airbangis dotcom)

Dirangkum dari berbagai sumber, setelah Perang Paderi usai, pemerintah kolonial Belanda masih terus menganggap Air Bangis sebagai daerah penting, ini terbukti dengan ditetapkannya Air Bangis sebagai ibu kota Residensi Tapanuli. Air Bangis dipilih salah satunya karena keramaian kota bandar ini dalam perdagangannya.

Di bawah Pemerintahan Hindia Belanda, Air Bangis dijadikan sebagai salah satu pusat perekonomian terpenting di Pantai Barat Sumatera. Pelabuhan Air Bangis dinyatakan sebagai pelabuhan pelayaran internasional oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1839 serta Pelabuhan Singkil, Barus dan pada tahun 1847 yang disusul oleh Pelabuhan Muara Kumpeh.

Pelabuhan Air Bangis kemudian dikembangkan oleh Belanda menjadi pelabuhan yang melayani kegiatan ekspor dan impor barang perdagangan dan pelayaran internasional. Pada masa inilah pelabuhanAir Bangis mencapai puncak kejayaannya.

Pembangunan Pelabuhan Air Bangis mulai gencar dilakukan Belanda pada tahun 1842. Pelabuhan ini kemudian diperbaiki lagi oleh pemerintah yang sama dengan membangun dermaga kayu dan beberapa semi permanen.

Gudang permanen dan semi permanen berfungsi sebagai tempat pengumpulan produksi komoditi di wilayah Distrik Pasaman, karena Air Bangis adalah ibukota Karisidenan Tapanuli ketika itu.

Posisi Pelabuhan Air Bangis yang berada di tengah jalur pelayaran dan perdagangan Pantai Barat Sumatera memberikan keuntungan tersendiri bagi pelabuhan ini. Kapal-kapal yang berlayar dari utara (pelabuhan Barus dan Natal) menuju selatan (pelabuhan Tiku, Pariaman dan Padang) tetap akan melewati perairan Air Bangis.

Kapal-kapal ini tidak hanya lewat, tetapi juga singgah untuk beristirahat (bahkan ada yang menetap) di pelabuhan ini dan melakukan aktivitas perdagangan di pasar-pasar Air Bangis

Berkembang pesatnya Pelabuhan Air Bangis menjadikannya sebagai pelabuhan terpenting di kawasan utara Gouvernement van Sumatra's Westkust pada kuartal pertama abad XIX, menyaingi Pelabuhan Natal dan Barus.

Baca Juga: MINANGKABAU, Bukan di Jawa Ternyata Sekolah Tinggi Islam Pertama Ada di Kota Padang

Berakhirnya Peran Air Bangis Jadi Ibukota Residensi

Air Bangis
Air Bangis

Namun Kejayaannya tidak berlangsung lama. Peran Air Bangis sebagai ibukota residensi berakhir pada tahun 1848, ketika ibukota Residensi Tapanuli dipindahkan lebih ke utara, ke kota pelabuhan Sibolga, yang berlangsung sampai tahun 1884.

Pada kurun 1884 sampai tahun 1905, pemerintah kolonial membentuk sebuah keresidenan baru dengan nama Keresidenan Air Bangis, dengan Padangsidempuan menjadi ibukota keresidenan ini.

Melihatnya Sibolga dan dibangunnya pelabuhan di sana sangat berdampak terhadap Pelabuhan Air Bangis. Secara bertahap Pelabuhan Air Bangis mulai sepi disinggahi kapal-kapal asing.

Akibatnya aktivitas perdagangan dan pelayaran di kawasan pelabuhan mengalami kemunduran, dan hal ini diperparah lagi oleh banyaknya penduduk yang pindah ke Sibolga.

Baca Juga: MINANGKABAU Sebelum Pindah ke Kota Padang, Etnis Tionghoa Ternyata Dulunya Bermukim di Air Bangis Pasbar

Era Pendudukan Jepang dan Pemerintah RI

Kota Tua Air Bangis (doc Air Bangis dotcom)
Kota Tua Air Bangis (doc Air Bangis dotcom)

Pada era pendudukan militer Jepang, Air Bangis benar-benar hancur. Pada awal era Pemerintah Republik Indonesia, upaya untuk membangkitkan 'batang tarandam' di Air Bangis tidak membuahkan hasil.

Dengan terbentuknya kabupaten Pasaman Barat yang diharapkan 'batang tarandam' benar-benar dapat terangkat. Namun penempatan posisi GPS ibu kota di Simpang Ampek membuat Air Bangis secara spasial semakin terpencil di ranahnya sendiri (Kabupaten Pasaman Barat).

Pusat pemerintahan dan pusat pertumbuhan bisnis di Simpang Ampek justru lebih memperkuat wilayah pinggiran kabupaten induk (kabupaten Pasaman) dan wilayah pinggiran kabupaten tetangga (kabupaten Agam). Ibarat melempar kail (umpan) ke utara, jatuhnya ke selatan.

Namun tidak perlu disesalkan atau memikirkan garis nasib yang ada. Dunia telah berubah dan berubah dengan sangat cepat. Setiap tempat dimanapun berada bergerak ke mana tidak lagi semata-mata menuju ke arah yang ditentukan oleh pikiran penguasa (pejabat pemerintah lokal).

Kini setiap tempat dapat bergerak kemana arah jalan yang sesuai dengannya, Tangan-tangan yang tidak terlihat (invisible hand) akan terus bekerja. Spekturm dunia baru telah muncul, dunia digital generasi milenial.

Pada situasi dan kondisi baru inilah penduduk Air Bangis dapat merespons dengan baik. Batas-batas administrasi tidak lagi begitu penting. Paradigma baru telah berkembang, pembangunan lintas wilayah sudah menjadi suatu alternatif jika faktor bawaan tidak mendukung.

Tangan-tangan yang tidak terlihat (mekanisme pasar) bekerja menurut ala milenial 'lu jual, gua beli'. Kebijakan pemerintah kini hanya menjadi faktor pendukung.

Pada era VOC dan pada era Pemerintah Hindia Belanda konsep serupa ini yang dijalankan. Pengalaman itulah kala itu membuat Air Bangis menemukan puncak kemakmurannya.***

Dapatkan info menarik dan terupdate lainnya hanya di padang.pikiran-rakyat.com , sumber informasi Rakyat Minangkabau.

Editor: Irfansyah Pasaribu


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah