Wakil Bupati Pasaman Barat, H Risnawanto SE, dalam sebuah kesempatan menyebutkan saat ini dampak perubahan iklim sudah nyata dirasakan dampaknya oleh masyarakat dan diduga hal itu terpicu oleh banyaknya kawasan konservasi yang rusak akibat aktivitas pembukaan lahan.
- Kerusakan Lahan Gambut
Lahan gambut yang kaya karbon dibabat dan dikeringkan untuk ditanami sawit, memicu emisi gas rumah kaca dan memperparah pemanasan global. Kebakaran lahan gambut juga menjadi bencana asap yang berdampak pada kesehatan dan ekonomi.
Kepala UPTD KPHL Pasaman Raya, Terra Dharma, S.Hut, M.Si, dalam bincang-bincang eksklusif bersama Marawatalk Padang, mengungkapkan bahwa banyak lahan gambut di sepanjang kawasan pesisir pantai di Pasaman Barat, sudah beralih fungsi menjadi kebun sawit.
Tak hanya itu, banyak kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan hutan kawasan lindung serta konservasi sudah rusak karena aktivitas serupa terutama di lahan-lahan HGU milik beberapa perusahaan.
- Pencemaran Air dan Tanah
Penggunaan pupuk dan pestisida berlebihan dalam budidaya sawit mencemari air dan tanah. Hal ini berdampak pada kualitas air minum, kesehatan ekosistem air, dan kesuburan tanah.
Dampak Sosial
![Konflik Agraria antara Masyarakat Pemilik Sertifikat dengan pihak Wilmar Group di Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat](https://assets.pikiran-rakyat.com/crop/0x0:0x0/x/photo/2023/11/10/2746755068.jpg)
- Konflik Lahan
Perebutan lahan antara perusahaan sawit dan masyarakat adat atau lokal kerap terjadi, memicu konflik sosial dan pelanggaran hak asasi manusia.
- Eksploitasi Tenaga Kerja
Buruh di perkebunan sawit rentan terhadap eksploitasi, seperti jam kerja panjang, upah rendah, dan kondisi kerja yang tidak aman.
- Kesenjangan Sosial
Keuntungan dari budidaya sawit tidak selalu dinikmati masyarakat secara merata, memperparah kesenjangan sosial dan ekonomi di daerah perkebunan.