HARI KESIAPSIAGAAN NASIONAL Diperingati Setiap 26 April, BNPB Ajak Keluarga Gelorakan 'Siap untuk Selamat'

25 April 2024, 21:57 WIB
Para pelajar melakukan latihan atau simulasi kesiapsiagaan pada Hari Kesiapsiagaaan Bencana (HKB) 2024 di Sumatra Barat/ dok. BNPB. /

 

MARAWATALK - Memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana Nasional (HKBN) yang jatuh setiap 26 April perlu menjadi perhatian bersama dan dijadikan momentum untuk terus membangun kesiapsiagaan oleh masyarakat dimanapun ia berada.

Pada peringatan HKBN 2024, hal serupa masih diingatkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan mengajak semua pihak untuk melakukan latihan atau simulasi kesiapsiagaan pada Hari Kesiapsiagaaan Bencana Nasional (HKBN) pada Jumat 26 April 2024.

Kegiatan tersebut dapat dilakukan dari lingkup terkecil, yaitu keluarga, komunitas hingga tempat kerja. BNPB menekankan pentingnya latihan atau simulasi kesiapsiagaan sehingga semangat ‘Siap untuk Selamat’ melekat pada setiap warga negara.

Dikutip dari laman Info Publik, Kamis 25 April 2024, Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari menyatakan upaya kesiapsiagaan dapat dilakukan di dalam keluarga, misalnya membuat rencana kesiapsiagaan keluarga.

Baca Juga: HARI KESIAPSIAGAAN Palang Merah Indonesia Pasaman Barat akan Gelar Simulasi Bencana Gempa di Sekolah

Seperti Apa Penyusunan Rencana Kesiapsiagaan Keluarga? Simak Penjelasannya!

BNPB-Kemendikbud Bersinergi Sertakan Ilmu Mitigasi Bencana di Dalam Kurikulum Pendidikan

Baca Juga: INFO MITIGASI Heboh Sesar Sumatera Aktif, Ini Hal Wajib Diketahui saat Terjadi Gempabumi

Kepala keluarga dapat mengajak setiap anggota keluarga untuk mengidentifikasi potensi risiko, bahaya, kerentanan dan kapasitas di dalamnya dengan mengidentifikasi potensi bahaya, setiap keluarga dapat memanfaatkan aplikasi inaRISK yang dapat diunduh melalui telepon pintar.

Aplikasi inaRISK yang dikembangkan BNPB akan menampilkan upaya mitigasi setelah ancaman bahaya teridentifikasi.

Latihan sangat penting dilakukan karena setiap keluarga memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda, misalnya rumah yang dimiliki tidak sepenuhnya tahan gempa atau ada anggota keluarga yang difabel.

Hal-hal tersebut harus dapat diidentifikasikan oleh setiap keluarga sehingga risiko dapat dicegah atau pun dimitigasi sejak dini.

Di samping itu, keluarga juga dapat menentukan titik kumpul ketika terjadi tanah longsor atau pun langkah-langkah apabila terjadi banjir, misalnya pemantauan informasi cuaca, penyimpanan dokumen penting hingga penyiapan tas siaga bencana.

Berbagai skenario latihan dapat dikembangkan oleh setiap keluarga, meliputi:

  1. Pahami terlebih dahulu setiap ancaman bahaya, kerentanan dan kapasitas. Kapasitas ini dapat berbentuk banyak hal, seperti cara tepat evakuasi, kemampuan untuk berenang dan masih banyak lagi.
  2. Keluarga dapat menggagas solusi ketika terjadi bencana, misalnya penentuan titik kumpul keluarga, memiliki nomor telepon lembaga untuk dukungan darurat, hingga penyiapan tas siaga bencana.
  3. Melalui latihan, setiap keluarga dapat belajar untuk mengasah kemampuan dalam antisipasi situasi krisis atau bencana. BNPB mengharapkan dengan latihan kepanikan warga saat krisis atau bencana dapat dikendalikan oleh setiap individu.

Berdasarkan survei pascagempa Kobe tahun 1995, persentase tertinggi atau sekitar 34,9 persen warga selamat dari bencana karena kemampuan penyelamatan diri sendiri. Setelah itu, 31,9 persen para korban selamat karena bantuan oleh anggota keluarga.***

Dapatkan info dan berita terupdate lainnya hanya di padang.pikiran-rakyat.com, sumber informasi Rakyat Minangkabau.

Editor: Rully Firmansyah

Sumber: Info Publik

Tags

Terkini

Terpopuler