MARAWATALK - Buaya, predator puncak di ekosistem air tawar, dikenal dengan kekuatan dan sifat agresifnya. Di beberapa daerah, seperti Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat serta Lampung, konflik antara manusia dan buaya menjadi isu yang mengkhawatirkan.
Bahkan, posisi konflik yang terjadi antara manusia dengan buaya juga kerap terjadi di kawasan dekat permukiman warga atau wilayah sungai yang selama ini menjadi tempat sebagian warga beraktivitas hingga mencari nafkah.
Lantas, apakah yang menjadi pemicu terjadinya konflik hingga merenggut nyawa manusia yang diserang buaya? Berikut ulasannya!.
Faktor-faktor Penyebab Konflik Manusia dan Buaya di Pasaman Barat
Baca Juga: BUAYA MUARA Panjang Empat Meter Ditangkap Warga Pasbar Setelah Tiga Kali Diusir
Dalam sebuah kesempatan, Wakil Bupati Pasaman Barat, H Risnawanto SE, pernah mengungkapkan kekhawatiran tentang semakin maraknya peristiwa serangan buaya terhadap manusia di daerah itu.
"Baru-baru ini ada laporan peristiwa serangan buaya terhadap manusia di kawasan Daerah Aliran Sungai (DAS) di Kecamatan Sungai Aur, yang notabene berada cukup jauh dari muara sungai, ini harus menjadi perhatian kita semua tentang pentingnya menjaga kelestarian kawasan sungai yang menjadi habitat buaya tersebut," ungkapnya, belum lama ini.