Kota Tua Ini Jadi Rebutan Antara Kaum Padri Dengan Pemerintah Hindia Belanda

3 Juni 2023, 13:06 WIB
Ilustrasi peperangan antara Kaum Padri dengan Pemerintah Hindia Belanda /Istimewa /

MARAWATALK - Talu atau Taloe adalah sebuah daerah yang saat ini disebut dengan Nagari Talu. Daerah ini berada dalam kawasan Kecamatan Talamau, Kabupaten Pasaman Barat, Sumbar.

Sedangkan nama Talamau sendiri adalah nama gunung yang di zaman kuno Gunung Talamau disebut dengan Gunung Ophir. Nama nya sudah disebut dalam kitab suci Taurat dan Injil.

Untuk menambah pengetahuan, mari kita telusuri sumber-sumber tempo doeloe.

Nama Taloe paling tidak telah diberitakan pada tahun 1837 (lihat Javasche courant, 28/01/1837).

Disebutkan tanggal 25 Desember dalam ekspedisi melawan Taloe, JD van Holij, Letnan Dua Infanteri terbunuh (yang memberitakan J Angelen, Kaptein di Loeboek Sikaping).

Pemberitahuan lainnya di surat kabar yang sama Letna Dua Infantri pribumi Karto Ridjo juga terbunuh dalam ekspedisi ke Taloe (dilaporkan oleh Letnan Dua Prawiro Rono dan Letnan Dua Lingard).

Informasi ini pada saat Perang Padri, meski bukan jalur pergerakan militer Belanda, Taloe adalah suatu kota yang penting. Benteng terdekat dari Taloe adalah Fort Parit Batoe di utara dan Fort Loeboeksikaping di timur.

Fort Parit Batoe terhubung ke kota Pasaman di barat, kota Kinali di selatan dan kota Tjoebadak di utara. Sementara benteng Fort Loeboek Sikaping terhubung ke benteng Fort Rao di utara.

Dalam hal ini, Fort Loeboeksikaping (Belanda) head to head dengan benteng Bondjol (Padri, yang dipimpin Toeankoe Imam).

Kaum Padri adalah umat muslim yang ingin menerapkan Syariat Islam di negeri Minangkabau di Sumatera Barat pada saat itu.

Sebagaimana diketahui, Letnan Kolonel Michiels dengan pasukannya pada 3 Agustus 1837 mulai menyerang benteng Bondjol.

Sedangkan Benteng Bonjol jatuh pada tanggal 15 Agustus 1837. Maka dengan jatuhnya benteng Bondjol, berakhirlah Perang Padri di Padangsche Bovenlanden (Minangkabau).

Perang Padri adalah perang yang terjadi dari tahun 1803 sampai 1837 di Sumatera Barat, antara kaum Padri dan Adat yang diboncengi Pemerintah Hindia Belanda.

Sukses penaklukan dua benteng tersebut karena pasukan militer Belanda yang didatangkan dari Jawa semakin banyak dan juga atas dukungan hulubalang dari para radja-radja yang beraliansi dengan Pemerintah Hindia Belanda.

Seusai perang (1837/1838) status daerah operasi militer (DOM) diubah menjadi status sipil dengan menata dan membentuk cabang-cabang pemerintah yang baru di pantai barat Sumatra.

Pada tahun 1840 Pemerintah Hindia Belanda melakukan perubahan administrasi wilayah. Afdeeling Nordelijke diubah menjadi Residentie Air Bangis yang mana Asisten Residen ditempatkan di Afdeeling Mandailing en Natal dan Controleur di Natal.

Kemudian pada tahun 1842 ditambah Afdeeling Rao ke Residentie Air Bangis dengan menempatkan asisten residen di Rao. Pada tahun 1843 Taloe diketahui menjadi ibu kota district Goenoeng Ophir (Residentie Air Bangis).

Besar dugaan ibukota dipindahkan dari Parit Batoe ke Taloe sehubungan dengan benteng Fort Parit Batoe dilikuidasi dengan mendirikan garnisun militer di Taloe. Sebagai komisaris di Taloe diketahui Luitenant-2 JW Borst (lihat Javasche courant, 30/12/1843).

Dalam hal ini, Taloe haruslah dianggap sebagai kota besar (di pedalaman setara kota Rao dan kota Nopan) yang setara dengan kota pelabuhan Air Bangis. Kota Taloe adalah kota yang sangat penting.

Sebab di kota Taloe pada tahun 1836 terjadi pertempuran yang hebat antara pasukan Padri dan militer Pemerintah Hindia Belanda. Banyak perwira Pemerintah Hindia Belanda (Belanda dan pribumi) yang tewas dalam pertempuran Taloe.

Mengapa Taloe begitu penting?

Taloe adalah sentra produksi beras di daerah pegunungan. Sebagai sentra beras, pemimpin Padri diduga menjadikan Taloe sebagai lumbung beras sebaga lumbung cadangan dalam Perang Padri.

Oleh karena itu pasukan Padri menjaganya agar tidak direbut Belanda. Sebaliknya, legitimasi Pemerintah Hindia Belanda untuk merebut Taloe diduga karena radja-radja di district Ophir telah menjalin kerjasama dengan Pemerintah Hindia Belanda.

Atas dasar ini, militer Belanda berusaha merebut Taloe (district Ophir) karena selain sentra ekonomi juga karena posisi GPS Taloe yang dekat dengan pusat Padri (district Bondjol). Militer Belanda merebut Taloe dimaksudkan dalam rangka mendekatkan tujuan ke TKP (benteng Bondjol).

Asal usul ini juga lah yang menyebabkan Pemerintah Hindia Belanda menetapkan Taloe sebagai kota penting yang dijadikan sebagai pusat pemerintahan.

Awal nya Pemerintah Hindia Belanda menempatkan pasukan militer dengan membangun garnisun militer lalu diikuti dengan penempatan pejabat sipil (Controleur).

Kemudian Taloe menjadi ibu kota distrik-distrik yang berada di Ophir Districten (distrik lainnya adalah District Air Bangis dan District Rao).

Sementara itu, Loeboek Sikaping hanya sebuah kampong (nagari) di dalam District Rao. Mantri polisi (hulpmantrie) pertama di Taloe adalah Mohamad Saleh gelar Soetan Indra.

Sebelum Residentie Tapanoeli dipisahkan dari Province Sumatra’s Wesrkust, dua afdeeling bertetangga adalah Afdeeling Air Bangis (Residentie Padangsche Benelanden) dan Afdeeling Loeboeksikaping (Residentie Padangsche Bovenlanden).

Afdeeling Air Bangis terdiri dari dua onderafdeeling (Air Bangis dan Oedjoeng Gading). Afdeeling Loeboek Sikaping terdiri dari dua onderafdeeling (Ophir Districten dan Loeboeksikaping).

Onderafdeeling Ophir Districten terdiri dari beberapa laras yakni Tjoebadak, Si Noeroet, Kanaikan, Pasaman, Taloe, Tinggam dan Kinali. Sedangkan ibu kota nya onderafdeeling Ophir Districten di Taloe.

Residentie Tapanoeli dipisahkan dari Province Sumatra’s Wesrkust tahun 1905. Setelah pemisahan ini Afdeeling Air Bangis dan Onderafdeeling Ophir Districten dipisahkan dari Residentie Padangsche Benelanden dan kemudian dimasukkan ke Residentie Padangsche Bevonlanden).

Pada tahun 1930 Residentie Padangsche Bovenlanden dan Residentie Padangsche Benelanden disatukan dengan membentuk satu residentie yakni Residentie West Sumatra.

Sebagai bagian dari sejarah Air Bangis, sejarah Talu (ibu kota District Ophir) sangat penting. Pada era Hindia Belanda, District Air Bangis dan District Ophir awalnya adalah satu kesatuan wilayah administratif.

Dua district ini sebagai satu Afdeeling yang diberi nama Afdeeling Air Bangis en Ophir Districten. Sejatinya, wilayah Air Bangis dan Ophir adalah district kembar sejak era VOC.

Pada akhir era kolonial Belanda, posisi Taloe menjadi sangat penting di Afdeeling Agam (ibu kota Fort de Kock). Pusat pemerintahan yang kedua di Afdeeling Agam berada di Taloe.

Pada tahun 1941, dari empat onderafdeeling yang ada, Onderafdeeling Ophir lebih penting dari tiga onderafdeeling lainnya. ***

Editor: Irfansyah Pasaribu

Sumber: Poestaha Depok

Tags

Terkini

Terpopuler