Network
MARAWATALK - Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat melakukan kegiatan peningkatan kapasitas penanganan medis pada kejadian konflik manusia dengan harimau.
Kegiatan ini diikuti sebanyak dua puluh orang dokter hewan yang berasal dari lima belas kabupaten kota. Mereka merupakan ASN dan praktisi di LK Umum, LK khusus serta klinik satwa.
“Kegiatan ini merupakan bagian dari konsep Quick Respon Unit BKSDA Sumbar terhadap konflik satwa utamanya Harimau Sumatera,” kata Kepala Balai KSDA Sumbar, Ardi Andono, Jumat (2/6).
Ia menjelaskan dimana tim WRU sebanyak 5 WRU dan didukung sebanyak 6 nagari ramah harimau, serta 10 Resort KW (10 Resort) akan dapat bergerak lebih cepat.
Gerak cepat itu, apabila terdapat dokter hewan yang mampu dan cakap serta tersebar di seluruh kabupaten di Provinsi Sumbar dalam penanganan Harimau Sumatera.
“Tentu, dengan demikian kecepatan dalam penanganan dan menyelamatkan Harimau Sumatera bisa lebih baik,” jelasnya.
Selain itu ia mengungkapkan, kegiatan itu mendapatkan dukungan dari Gubernur Sumbar melalui Surat Edaran tahun 2021 kepada seluruh kepala daerah.
Edaran ini, agar kepala daerah untuk selamatkan Harimau Sumatera di Sumbar yang secara aturan dapat menjembatani baik pendanaan, pengerahan sumber daya hingga tingkat nagari dari sisi pemerintah daerah.
“Selain pelatihan, kami juga membangun jejaring dan sistim komunikasi antar daerah jika terdapat konflik Harimau Sumatera di Sumbar,” ungkapnya.
